Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terlengkap

Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terlengkap

Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terlengkap - Pergeseran makna atau perubahan makna dapat terjadi dalam bahasa Indonesia karena banyak hal. Perkembangan zaman menjadi salah satu faktor penyebab pergeseran makna ini. Selain itu faktor kebetulan, tabu dan polisemi juga menjadi faktor penyebab terjadinya pergesaran makna. Untuk itu mari kita simak contohnya berikut ini.

Faktor Penyebab Pergeseran dan Perubahan Makna

1. Faktor Perkembangan Zaman

Perkembangan zaman sangatlah berpengaruh dalam pergeseran makna karena semakin berkembangnya zaman maka semakin maju pula peradaban manusia sehingga perkembangan bahasa juga semakin maju pula.

Contoh:
Dahulu: Jawara = yang kuat, yang paling hebat
Sekarang: Jawara = Orang yang menjuarai kompetisi, perlombaan dan sebagainya.

2. Faktor Kebetulan
Suatu kata juga dapat mengalami perubahan makna apabila makna dari kata tersebut ambigu atau samar sehingga jika disandingkan dengan kata lainnya akan mengalami pergeseran makna.

Contoh:
Tulang "Rawan" = Rawan berarti menandakan bahwa tulang tersebut ringkih atau mudah patah dsb.
"Rawan" Kecelakaan = Rawan artinya imbauan atau sering kali terjadi.

3. Faktor Tabu
Kata yang memiliki makna tabu di dalamnya sangat mudah mengalami pergeseran makna karena tidak sesuai dan kurang enak diucapkan.

Contoh:
Jamban = Tempat buang air besar (Tabu)
Toilet = Tempat buang air besar (Tidak tabu)

4. Faktor Polisemy
Suatu kata dapat mengalami perubahan makna karena kata itu sendiri. Kata yang memiliki makna ganda sangat mudah mengalami pergeseran makna.

Contoh:
Bisa = racun ular
Bisa = Dapat, mampu, dsb.

Macam-macam Jenis Pergeseran Makna dalam Bahasa Indonesia

Pergeseran makna dalam kata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain generalisasi, spesialisasi, ameleorasi, peyorasi, anestesia, dan asosiasi. Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Generalisasi (Perluasan Makna)
Kata yang memiliki makna generalisasi akan mengalami perluasan makna dari kata sebelumnya. Perluasan makna berarti yang semula kata tersebut hanya memiliki satu makna tetapi saat ini memiliki perluasan makna. Simak contohnya di bawah ini.

"Kepala"
Saya sakit kepala tadi pagi, sehingga saya menelpon pak kepala kantor agar saya mendapatkan izin berobat.

"Tangan"
Tangan ayah saya sedang terkilir, maka dari itu ia menyuruh tangan kanannya untuk menjemputku.

"Mata"
Penjahat itu terluka dibagian matanya karena tertembak oleh polisi ketika ia menjadi mata-mata.

Pada kalimat diatas dapat dilihat bahwa kata-kata tersebut mengalami perluasan makna yang tadinya hanya memiliki satu makna tertapi setelah mengalami pergeseran makna, kata tersebut memiliki makna lain.

2. Spesialisasi (Penyempitan Makna)
Kebalikan dari generalisasi, spesialisasi adalah pergeseran makna yang membuat suatu kata memiliki arti yang lebih khusus dari sebelumnya. Simak contohnya di bawah ini.

"Pembantu"
Dahulu makna pembantu adalah orang yang membantu meringankan pekerjaan orang lain. Namun sekarang makna pembantu dapat diartikan sebagai orang yang dibayar untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

"Sarjana"
Dahulu kata sarjana biasa digunakan untuk memberikan sebutan bagi orang-orang yang dinilai cerdas. Namun saat ini kata sarjana hanya digunakan untuk orang yang telah menempuh pendidikan sarjana di sekolah tinggi.

"Guru"
Kata guru dahulu digunakan untuk menjuluki orang yang memberikan ilmu, kemampuan dan hal yang bermanfaat. Namun saat ini kata guru hanya digunakan untuk orang yang mengajar disekolahan.

3. Ameleorasi (Perbaikan Makna Kata)
Kata yang mengalami ameleorasi mengalami pergeseran makna dari yang tadinya memiliki makna yang buruk tetapi sekarang sudah berubah membaik atau menjadi lebih sopan dan tak tabu didengar dan diucapkan.

"Buta" berubah menjadi "Tuna netra"
"kencing" berubah menjadi "Buang air kecil"
"Jamban" berubah menjadi "Toilet"
"Gelandangan" berubah menjadi "Tunawisma"
"Bisu" berubah menjadi "Tuna wicara"
"Tuli" berubah menjadi "Tuna rungu"
"Babu atau budak" berubah menjadi "Pembantu"

4. Peyorasi (Perburukan Makna Kata)
Kata yang mengalami peyorasi maknanya yang dahulu sopan, baik dan enak di dengar tetapi saat ini mengalami ketabuan ketika diucapkan dan didengar.

"Bayi" berubah menjadi "Orok"
"Pramuniaga" berubah menjadi "Pelayan toko"
"Koruptor" berubah menjadi "Tikus kantor"
"Istri" berubah menjadi "Bini"

5. Sinestesia (Pertukaran Makna Kata)
Kata yang mengalami sinestesia otomatis akan mengalami pertukaran makna dalam konteks panca indera. Misalnya, kata yang tadinya harus diterima oleh panca indera pendengaran tetapi setelah mengalami sinestesia akan diterima oleh penciuman ataupun peraba.

"Enak"
Kata enak seharusnya hanya dapat dirasakan dengan panca indera perasa tetapi setelah mengalami sinestesia maka makna hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Simak contoh kalimat berikut ini.

"Makanan khas Jepang yang bernama Sushi itu sangat enak sekali."
Sinestesia: Suara Andi sangat enak sekali di dengar seakan-akan sedang mendengarkan suara Virzha.

"Lembut"
Kata lembuat pada awalnya hanya dapat diterima oleh indera peraba tetapi setelah mengalami sinestesia kata lembut juga hanya dapat diterima dengan indera perasa dan pendengaran. Simak contoh kalimat di bawah ini.

"Kulitku sekarang jadi terasa sangat lembut setelah menggunakan krim yang kau sarankan"
Sinestesia: Daging sapi di restoran itu memiliki tekstur yang sangat lembut ketika dimakan.

"Manis"
Kata manis tadinya hanya dapat diterima oleh indera perasa namun setelah mengalami sinestesia kata manis juga dapat diterima oleh indera penglihatan.

"Manis sekali permen yang kau makan itu."
Sinestesia: Siapa gadis cantik itu? Wajahnya sangat manis sekali membuat aku terkesima.

6. Asosiasi (Persamaan Makna Kata)
Kata yang mengalami perubahan makna asosiasi maka akan mengalami perluasan makna karena persamaan sifat dengan makna lain. 

"Kursi"
Kata kursi sebelum mengalami pergeseran makna asosiasi hanya akan bermakna tempat duduk tetapi setelah mengalami asosiasi maka maknanya dapat berubah menjadi tahta kekuasaan atau jabatan dan sebagainya. Simak contohnya berikut ini.

"Kursi yang aku duduki ini ternyata sudah lapuk."
Asosiasi: Para anggota DPR sedang berebut kursi pimpinan DPR telah lengser.

"Parasit"
Mulanya parasit adalah digunakan untuk menyebut tanaman yang tumbuh di pohon dan mengambil makanan dari pohon tersebut tanpa memiliki timbal balik. Namun setelah mengalami asosiasi, makna parasit dapat berubah untuk menyebut orang yang memiliki sifat sama seperti parasit yaitu merugikan. Simak contoh kalimatnya berikut.

"Ada parasit tumbuh di pohon jambu depan rumahku."
Asosiasi: Wanita itu adalah parasit karena dia selalu merugikan pacarnya dengan cara selalu meminta uang pada pacarnya.

Kesimpulannya, pergeseran atau perubahan makna kata dapat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain faktor kebetulan, faktor perkembangan zaman, faktor tabu, dan faktor polisemi. Sedangkan jenis dari pergeseran makna dibedakan menjadi 6 yaitu generalisasi atau perluasan makna, spesialisasi atau penyempitan makna, ameleorasi atau perbaikan makna kata, peyorasi atau perburukan makna kata, sinestesia atau pertukaran makna kata dan asosiasi atau persamaan makna kata.

Semua materi tentang perubahan atau pergeseran makna kata dalam Bahasa Indonesia telah admin jelaskan secara rinci kepada sobat semua. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk sobat semua dan sampai jumpa pada materi yang lebih menarik lainnya.

Related Posts:

0 Response to "Penjelasan Perubahan dan Pergeseran Makna Kata dalam Bahasa Indonesia Terlengkap"

Posting Komentar